Minggu, 10 Mei 2015

Makalah Sosio-Antropologi


MENUMBUHKAN  RASA TANGGUNG JAWAB
DI SEKOLAH DASAR MELALUI PIKET KELAS

Dosen Pengampu Drs. Murtamadji, M.Si. 



Disusun Oleh
Iffah Nur Ardhiyani / 14108241051 (2A)




PRORAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           Dalam dunia pendidikan, siswa tidak hanya di ajarkan materi kognitif saja yang bisa membuat siswa tersebut pintar sehingga dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih baik, tetapi juga diajarkan tentang karakter baik yang harus dimiliki siswa. Salah satu dari karakter tersebut adalah rasa tanggung jawab. Dengan memiliki rasa tanggung jawab, seseorang akan berpikir tentang akibat dari perbuatan yang akan dilakukannya. Begitu juga apabila perbuatan yang sudah terlanjur dilakukan maka ia tidak akan berlepas tangan.
           Di era yang serba praktis saat ini untuk mewujudkan rasa tanggung jawab memang tidak mudah, karena pengaruh perkembangan zaman yang begitu pesat. Saat ini piket kelas sudah tidak di anggap penting lagi di kalangan Sekolah Dasar, bahkan tidak ada lagi piket kelas karena adanya cleaning service di setiap Sekolah Dasar menjadikan siswa tidak perlu lagi membersihkan ruang kelas. Namun, dengan adanya hal tersebut justru menjadikan siswa tidak bertanggung jawab atau tidak peduli lagi dengan lingkungannya termasuk ruang kelasnya sendiri. Oleh karena itu, perlu adanya piket kelas untuk menjaga rasa tanggung jawab pada siswa tersebut.
Penanaman rasa tanggung jawab secara sederhana dapat dilakukan melalui pengoptimalisasian fungsi piket kelas. Peserta didik harus dilibatkan dalam kegiatan kebersihan sekolah, khususnya dalam lingkup kecil (kelas). Melalui piket kelas, siswa akan belajar mengenai tanggung jawab, disiplin dan peduli. Keterlibatan siswa dalam kegiatan kebersihan bertujuan untuk membiasakan mereka bertanggung jawab membuang sampah pada tempatnya. Dimulai dari kebiasan yang dilakukan di dalam kelas sehingga bisa  dilakukan di luar kelas. Tanggung jawab untuk membuang sampah pada tempatnya akan membekas dan mendarah daging setelah mengalami proses internalisasi secara intensif melalui piket kelas yang dilaksanakan setiap minggu. Hal tersebut juga akan berlaku pada sikap disiplin untuk membersihkan tempat tinggal mereka yang kotor, dan pada sikap peduli untuk menjaga kebersihan lingkungan secara kontinyu.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab ?
2.      Bagaimana cara menumbuhkan rasa tanggung jawab melalui piket kelas pada anak Sekolah Dasar  ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui tentang pengertian tanggung jawab.
2.      Untuk mengetahui cara menumbuhkan rasa tanggung jawab melalui piket kelas pada anak Sekolah Dasar.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
W.J.S Poerwodarminto berpendapat bahwa tanggung jawab adalah sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibalas dan sebagainya. Dengan demikian jika terjadi sesuatu maka seseorang yang dibebani tanggung jawab wajib menanggung segala sesuatunya.
Oleh karena itu, manusia yang bertanggung jawab adalah manusia yang dapat menilai diri sendiri dalam berperilaku, bertutur kata, dan merencanakan sesuatu dengan baik menurut norma umum, karena apa yang dikatakan baik menurut pendapat seseorang belum tentu baik menurut orang lain. setiap manusia harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam berperilaku, bertutur kata, dan merencanakan sesuatu. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertang­gung jawab. Oleh karena itu manusia disebut makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan. Sehingga manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab dengan mengingat peranan yang dijalani dalam konteks sosial, individual ataupun teologis.
Seseorang mau bertanggung jawab apabila ada kesadaran dalam berbuat sesuatu dan mengetahui akibatnya. Tanggung jawab dapat timbul dengan cara menjaga hati nurani dan menjawab panggilan jiwanya yang paling dalam. Manusia tidak boleh berbuat semaunya terhadap manusia lain dan terhadap alam lingkungannya karena seharusnya manusia menciptakan keseimbangan, keselarasan, antara sesama manusia dan antara manusia dan lingkungan. Tanggung jawab sudah menjadi bagian kehidupan manusia karena manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila seseorang tidak mau bertanggung jawab, maka pasti ada sesuatu yang memaksa tanggung jawab tersebut. Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh kebahagiaan,  karena orang tersebut dapat menunaikan kewajibannya. Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau orang lain. Sebaliknya, jika orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi kesulitan karena ia tidak mengikuti aturan, norma, atau nilai-nilai yang berlaku. Masalah utama yang dialami pada zaman sekarang se­hubungan dengan masalah tanggung jawab adalah hilangnya atau rusaknya perasaan moral dan rasa hormat diri terhadap pertanggungjawaban.
Orang yang bertanggung jawab akan mencoba un­tuk berbuat adil. Tetapi adakalanya orang yang bertanggung jawab tidak dianggap adil karena runtuhnya nilai-nilai yang dipegangnya dan runtuhnya keimanan terhadap Tuhan. Orang yang demikian tentu akan mempertang­gung jawabkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Karena hanya Tuhan lah yang bisa memberikan hukuman atau cobaan kepada manusia agar manusia mau mempertanggung jawabkan atas segala perbuatannya.
Tanggung jawab berkaitan dengan kewajiban. Prof. Dr. Notonagoro berpendapat bahwa wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Jadi kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung jawab terhadap kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1)      Kewajiban Terbatas
Kewajiban yang tanggung jawabnya hanya diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.
            2.  Kewajiban tidak Terbatas
Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung  jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan kebajikan.
Manusia berjuang dalam memenuhi keperluannya sendiri dan pihak lain. Tanggung jawab mempunyai macam – macamnya antara lain sebagai berikut.
1. Tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sehingga dapat mengembangkan kepribadian sebagai makhluk pribadi. Sehingga manusia dapat memecahkan masalah-masalah kemanusiaan tentang dirinya yang sesuai dengan sifat dasar manusia yaitu mahluk yang bermoral dan makhluk pribadi. Manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan berangan-angan sendiri. Semua itu sebagai wujud dari pendapat, perasaan dan angan-angan manusia dalam berbuat dan bertindak. Namun, manusia tidak sepenuhnya benar karena manusia tidak luput dari kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.

2. Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Bailon dan Maglaya bependapat bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (1978 ). Keluarga terdiri dari suami, isteri, ayah, ibu, anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. setiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. apabila tanggung jawab tersebut dapat berjalan dengan baik maka akan mewujudkan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.

3. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, karena manusia disebut juga sebagai mahluk sosial. Komunikasi sangat penting karena manusia membutuhkan manusia lain dengan demikian manusia merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain supaya dapat melangsungkan kehidupannya dalam masyarakat tersebut. Oleh karena itu, segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

4. Tanggung jawab kepada Bangsa dan Negara
Setiap manusia adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Karena apabila perbuatannya salah, maka ia harus mempertanggungjawabkan kepada Negara.

5. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini tidak hanya untuk hidup  dan berbuat semaunya. Bukan pula tanpa tanggung jawab, melainkan dalam kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga apapun yang dilakukan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci dan melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan mulai dari peringatan yang halus sampai yang keras. Karena apabila manusia mengabaikan perintah-perintah dari Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan.

B.     Cara Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Melalui Piket Kelas
Tugas piket adalah bekerja bersama-sama membersihkan dan merapikan kelas. Dalam piket kelas, siswa yang bertugas mempunyai tanggung jawab penuh untuk menjaga kebersihan kelas. Regu kerja kelas adalah pasukan harian yang ditugaskan sesuai dengan kesepakatan satu kelas untuk menyelesaikan berbagai kebutuhan kelas di hari itu mulai dari pagi sampai pulang sekolah.
 Tugas dari setiap regu piket antara lain menyapu lantai, menata buku-buku, merapikan meja dan kursi, membersihkan kaca jendela, mengecek spidol atau kapur.
Cara untuk menanamkan rasa tanggung jawab melalui piket kelas antara lain sebagai berikut.
1.      Menanamkan rasa cinta kebersihan
Penanaman rasa cinta kebersihan sejak dini sebagai upaya pembentukan rasa tanggung jawab. Guru memberikan pengertian tentang hidup bersih dan pentingnya menjaga lingkungan. Melalui ceramah yang diselipkan pada pembelajaran atau pada saat upacara bendera, guru memberi amanat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu cara mewujudkan lingkungan yang bersih adalah dengan mengadakan piket kelas setiap harinya.
2.      Memberi Pengertian tentang Piket Kelas
Sebelum guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok dalam tugas piket harian, alangkah lebih baik guru menjelaskan tentang pengertian piket kelas dan tugas – tugas yang dilaksanakan. Dalam menjelaskannya guru tidak sekedar menjelaskan apa adanya, tetapi juga menceritakan tentang hal – hal yang menarik dalam piket kelas tersebut. Menyebutkan manfaat apa saja yang bisa kita dapatkan dalam piket kelas tersebut. Misalnya guru bercerita tentang siswa yang dulunya belum bisa menyapu dan setelah melaksanakan piket kelas , siswa dapat menyapu dengan baik sehingga bisa diterapkan di lingkungan rumah. Hal tersebut menambah kasih sayang orang tua karena bisa membantu pekerjaan rumah. Dengan cerita – cerita menarik tersebut, siswa akan tertarik dan mau melaksanakannya.
3.      Cara Pembentukkan Regu Piket
Guru membagi siswa menjadi beberapa regu menggunakan permainan, sehingga tidak ada istilahnya saling memilih yang nantinya akan timbul suatu geng atau kelompok tertentu yang tidak mau dipisahkan. Guru harus bijak dalam membagi kelompok, mulai dari anggota, jumlah, pembagian tugas, dan lain sebagainya. Setelah kelompok sudah terbagi, guru menyiapkan kertas untuk membuat daftar nama anggota kelompok yang ditugaskan di tiap – tiap hari. Siswa dapat berkreasi secara berkelompok untuk membuat nama regu. Setelah semuanya selesai, lalu ditempelkan di kertas besar yang sudah disiapkan guru, yang nantinya tersusun jadwal senin sampai sabtu yang berisi nama anggota piket dengan hasil tulisan yang berbeda – beda. Itu adalah langkah awal untuk membuat kelompok tersebut kompak dan bisa bekerja sama dengan baik. Sehingga pada saat piket, tiap anggota bisa saling mengingatkan.
4.      Memberi teladan yang baik dalam melaksanakan piket kelas.
Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak melalui piket kelas, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana guru melakukan tugas semacam itu. Contohnya guru datang lebih awal dan mengecek kelas, pada saat siswa yang piket datang, guru membantu dan mengawasi siswa mengerjakan tugasnya. Guru mengawasi dan membantu siswa piket kelas minimal sebulan setelah jadwal dibuat dan dimulai. Setelah sebulan berlalu, guru hanya mengawasi siswa tersebut melaksanakan tugas. Selain itu guru juga bisa membuat daftar yang melaksanakan piket kelas. guru menyiapkan bintang kecil – kecil untuk mengapresiasi siswa yang sudah melaksanakan piket kelas. namun, apabila menggunakan cara itu guru harus siap untuk berangkat pagi agar tidak ada kecurangan yang dilakukan siswa yang tidak melaksanakan piket kelas.
Pemeriksaan secara berkala harus tetap dilakukan dan petugas kebersihan juga tetap memiliki tanggung jawab untuk membersihkan kelas, namun dengan catatan tidak jauh melampaui porsi yang didapat oleh siswa agar siswa juga merasa memiliki dan bertanggung jawab menjaga kebersihan kelas.
5.      Lomba Akhir Pekan
Guru mengadakan lomba kebersihan dan kekompakan regu piket. Tugas guru dalam hal ini adalah menilai kebersihan kelas dan kekompakan setiap regu yang sudah dijadwalkan. Setiap akhir pekan akan dipilih tim terbaik yang meliputi kekompakan dan terlaksanya semua tugas  setiap hari. Dengan adanya lomba ini, siswa dapat terpacu semangatnya untuk lebih giat lagi membersihkan kelas. Selain itu, dapat menambah kekompakan regu, yang tadinya malas untuk ikut membersihkan kelas akhirnya mau walaupun terpaksa karena teman satu timnya protes. apresiasi yang diberikan guru kepada siswanya hanyalah permen atau makanan ringan. Namun, siswa pasti tetap merasa senang karena apa yang dilakukan membuahkan hasil.
Dari pemaparan di atas telah diketahui bahwa, melauli piket kelas dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa.


BAB III
PENUTUP
Tanggung jawab adalah  sesuatu yang menjadi kewajiban (keharusan) untuk dilaksanakan, dibalas dan berkewajiban menanggung segala sesuatu dan akibatnya. Kewajiban terdiri dari dua macam yaitu kewajiban terbatas dan tidak terbatas. Macam tanggung jawab antar lain sebagai berikut.
1.      Tanggung jawab terhadap diri sendiri.
2.      Tanggung jawab terhadap keluarga.
3.      Tanggung jawab terhadap masyarakat.
4.      Tanggung jawab terhadap Bangsa dan Negara.
5.      Tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Rasa tanggung jawab dapat di pupuk siswa sekolah dasar melalui piket kelas. cara yang dapat dilakukan guru untuk menanamkan rasa tanggung jawab melalui piket kelas antara lain sebagai berikut.
1.      Menanamkan rasa cinta kebersihan.
2.      Member pengertian tentang piket kelas.
3.      Cara pembentukan regu piket.
4.      Memberi teladan yang baik dalam melaksanakan piket kelas.
5.      Lomba Akhir Pekan.


DAFTAR PUSTAKA


Rabu, 06 Mei 2015

Ringkasan Sejarah Sastra Indonesia


A.    SEJARAH SASTRA INDONESIA
Sejarah Sastra adalah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah politik di wilayah tersebut. Bahasa Indonesia adalah salah satu bahasa turunan dari bahasa Melayu. Sedangkan Sastra Indonesia adalah sastra berbahasa Indonesia yang menghasilkan banyak puisi, cerita pendek, novel, roman, dan naskah drama berbahasa Indonesia. Namun, banyak perdebatan dengan pengertian tersebut karena pada kenyataanya telah berkembang sastra-sastra daerah yaitu : 1) daerah Batak, 2) daerah Sunda, 3) daerah Jawa, 4) daerah Bali, 5) daerah Bugis, 6) daerah Toraja, 7) daerah Lombok, dan sebagainya. Paparan singkat tersebut memberikan gambaran bahwa isitilah sastra Indonesia ternyata tidak bermakna tunggal. Oleh karena itu, perlu adanya keseepakatan normative agar jelas maknanya dalam konteks pengkajian tertentu. Pada tahun 1930 masalah sejarah kebudayaan, termasuk sastra, telah tampak sejak awal pertumbuhan sastra Indonesia sebagaimana terbaca dalam Polemik Kebudayaan suntingan Achdiat K. Miharja (1977).
Takdir Alisjahbana berpendapat bahwa sebutan Indonesia telah dipergunakan secara luas dan kabur sehingga tidak secara tegas menunjuk pada semangat keindonesiaan yang baru sebagai awal pembangunan kebudayaan Indonesia Raya. Namun, pendapat tersebut disanggah oleh Sanusi Pane yang berpendapat bahwa keindonesiaan itu sudah ada sejak sekian abad yang silam dalam adat dan seni. Yang belum terbentuk adalah bangsa Indonesia, tetapi perasaan kebangsaan itu sebenarnya sudah ada.
Pada tahun 1940 semakin tampak kesadaran terhadap sejarah sastra Indonesia ketika S.Takdir Alisjahbana menulis Puisi Baru (1946) dan H.B. Jassin menyusun antalogi Gema Tanah Air (1948) dan Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (1948). Takdir berpendapat bahwa perkenalan masyarakat bangsa Indonesia dengan bangsa Eropa selama berabad-abad telah menimbulkan perubahan besar dalam gaya hidup dan pemikiran sehingga pada abad ke-19 boleh dikatakan bangsa Indonesia telah memasuki zaman modern, selain itu H.B. Jassin mengatakan bahwa penikmatan hasil-hasil kesusastraan bukan lagi hanya tentang keindahan bahasa, tetapi juga perlu pengetahuan latar belakang kemasyarakatan dan kesejarahan.
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pandangan terhadap kesusastraan Indonesia tidak terlepas dari latar belakang sejarah dan kemasyarakatan. Selain itu pada buku Teeuw, Pokok dan Tokoh dalam Kesusastraan Indonesia Baru (1952) dijelaskan bahwa pembicaraan awal tentang sastra Indonesia pasti terkait dengan sejarah pertumbuhan bahasa Melayu yang bermula pada awal abad ke-7 sampai menjadi bahasa Indonesia pada awal abad ke-20.
Masalah bahasa pada zaman dahulu sangat rumit karena selain bahasa Melayu ada juga bahasa daerah yang penting. Namun lambat laun bahasa Melayu akan menjadi bahasa perundingan atau bahasa persatuan satu-satunya bagi bangsa Indonesia dan kebudayaan Indonesia di  masa dating akan dilahirkan dalam bahasa tersebut. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pemuda terpelajar adalah perintis dan pembuka jalan lahirnya sastra Indonesia.
Bakri Siregar menegaskan bahwa masa awal sastra Indonesia modern tidak bias dipisahkan dari masalah masyarakat dan bangsa Indonesia dalam perkembangan sejarahnya dan dengan alat sastra itulah tampak kesadaran social dan politik bangsa Indonesia pada awal abad ke-20. Dengan demikian sastra Indonesia modern bermula dengan lahirnya kesadaran nasional. Hal tersebut tercermin dalam hasil-hasil sastrawan dalam tingkatan yang berbeda-beda.
Pada awal abad ke-20 politik Belanda melaksanakan politik etis sebagai tebusan politik tanam paksa yang sudah menyengsarakan kehidupan rakyat jajahan.. Hal tersebut menimbulkan reaksi keras dari para pemimpin nasional Indonesia yang kemudian giat memperjuangkan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan nasional. Sehingga para tokoh Indonesia yang dulunya berpidato dan menulis menggunakan bahasa Belanda lantas beralih ke Bahasa Indonesia. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan sastra Indonesia tidak terpisahkan dari dinamika sosial budaya masyarakat pemangkunya pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Hingga sekarang sejarah sastra Indonesia telah berlangsung lama dengan perkembangan yang pesat dan dinamik sehingga dapat ditulis secara panjang lebar. Akan tetapi pada kenyataannya buku-buku sejarah sastra Indonesia masih terbilang sedikit  dibandingkan dengan buku-buku kritik, esai, dan apresiasi satra. Oleh karena itu perlu diadakan peninjauan kembali terhadap pemikiran dan telaah terdahulu agar diperbolehkan kebenaran sejarah sejarah. Banyak fakta yang mengecoh dan lebih banyak yang ditenggelamkan. Semakin lama membiarkan persoalan ini tanpa adanya usaha untuk memperbaiki maka sama halnya membiarkan sejarah sastra Indonesia dalam keadaan karut-marut.
B.     PERIODISASI SEJARAH SASTRA INDONESIA
Periodisasi sastra selalu terjadi dalam beberapa kurun waktu tertentu. Biasanya terjadi sebab perpindahan generasi dan jenis sastra. Beberapa orang membagi karya sastra dengan beberapa periode.
Secara garis besar Ajip Rosidi (1969: 13) membagi sejarah sastra Indonesia sebagai berikut.
1.      Masa Kelahiran atau Masa Kebangkitan
a)      period awal hingga 1933,
b)      period 1933 – 1942, dan
c)      period 1942 – 1945.
2.      Masa Perkembangan
a)      period 1945 – 1953,
b)      period 1953 – 1961, dan
c)      period 1961 – 1968.
Sejarah sastra Indonesia sudah mencapai usia ratusan tahun karena perbedaan – perbedaan kecil yang sekarang tampak dan menjadi alasan pembabakan waktu baru itu kelihatan dan keseluruhan waktu yang setengah abad itu tidak mustahil hanya menjadi dua period saja.
            Pembagian zaman atau periodisasi sastra Indonesia modern sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan karena belum ada suatu pembabakan waktu yang bias diterima oleh para sastrawan. Bukti dari penolakan para sastrawan adalah banyaknya pembabakan waktu yang sudah ditawarkan dalam pengkajian sejarah sastra Indonesia selalu kembali pada nama – nama angkatan yang biasanya bertolak pada usia sastrawan sezaman.
            Telah tercatat enam angkatan yang muncul dalam rentang waktu 10 – 15 tahun. Susunannya adalah sebagai berikut.
1.      Sastra Awal (1900-an).
2.      Sastra Balai Pustaka (1920 - 1942).
3.      Sastra Pujangga Baru (1930 - 1942).
4.      Sastra Angkatan 45 (1942 - 1955).
5.      Sastra Generasi Kisah (1955 - 1965).
6.      Sastra Generasi Horison (1966 - sekarang).

Setelah meninjau periodisasi sejarah sastra Indonesia dari H.B. Jassin, Boejoeng Saleh, Nugroho Notosusanto, Bakri Siregar, dan Ajip Rosidi, maka tawaran Rachmat Djoko Pradopo mengenai periodisasi sejarah sastra Indonesia adalah sebagai berikut.
1.      Periode Balai Pustaka (1920 - 1940).
2.      Periode Pujangga Baru (1930 - 1945).
3.      Periode Angkatan 45 (1940 - 1955).
4.      Periode Angkatan 50 (1950 - 1970).
5.      Periode Angkatan 70 (1965 – 1984).
Ciri – ciri intrinsik dan ekstrinsik setiap periode adalah sebagai berikut.
1. Periode Balai Pustaka (1920 - 1940) jenis sastra yang utama adalah  roman dengan permasalahan adat kawin paksa dan permaduan, pertentangan paham antara kaum tua dan kaum muda, berlatar daerah, pedesaan atau kehidupan daerah dan belum mempersoalkan cita – cita kebangsaan.
2. Periode Pujangga Baru (1930 - 1945) dominannya sastra puisi dan mulai banyak cerita pendek dan drama yang pada umumnya beraliran romantik karena pengaruh Gerakan 80 di Belanda.
3. Periode Angkatan 45 (1940 - 1955) semakin berkembangnya puisi, cerpen, novel, dan drama dengan suasana perang.
4.Periode Angkatan 50 (1950 - 1970) adanya kesadaran baru di kalangan sastrawan untuk memikirkan masalah – masalah kemasyarakatan dalam suasana kemerdekaan sehingga para sastrawan memulai membuat karya tentang kebudayaan Indonesia sendiri yang coraknya bermacam – macam karena pengaruh dunia politik.
5.Periode angkatan 70 (1965 - 1984) pada periode ini warna politik telah bergeser karena berkembangnya sastra pop secara literer tidak menunjukkan adanya perkembangan sastra.
Rachmat Djoko Pradopo (1995:34) menyimpulkan bahwa dalam penulisan sejarah sastra hendaknya diuraikan ciri – ciri struktur estetik dan ekstra estetik secara terperinci atau lebih luas disertai contoh – contoh setiap butir ciri tersebut sehingga tampak jelas bagaimana wujud karya sastra setiap angkatan atau periode sastra.

Daftar Pustaka : Yudhiono K.S , Sejarah Sastra Indonesia , Pengantar Sastra Indonesia.

Minggu, 03 Mei 2015

Rasa yang Berbeda



Waktu terasa semakin berlalu tinggalkan cerita tentang kita……
Selamat pagi sayang tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Hampir 3 tahun kau tenang di sana. Aku akan bagi cerita setelah kehidupan ini tak ada dirimu.

Awalnya aku masih belum bisa terima dengan semua ini. Kenapa itu semua terjadi begitu cepat ? setelah dirimu tiada, hari-hariku seperti tak ada artinya lagi . kosong, tak ada canda tawa yang menghiasi. Setiap detik ku lihat hp hitam kuning yang biasanya kugunakan untuk berkomunikasi denganmu. Berharap dering hape berbunyi sebagai tanda sms atau telfon darimu. Namun, Semua itu hanya seperti tanaman yang berharap daunnya yang sudah jatuh lalu kembali lagi. Iyaa bisa kembali lagi namun dengan  cirri yang berbeda. Sama seperti hape hitam kuningku yang berbunyi namun ternyata itu bukan darimu.

Sayang…. Apa kabar ? pastinya kau sudah tenang di sana J di sini aku baik-baik saja. Hanya saja aku merasa kesepian. Suasana yang berbeda saat kau masih ada dan selalu ada untukku. Kini di saat ramaipun aku masih merasa sepi.  Aku nggak mau sampai membuat kamu sedih di sana. Masih ingat waktu kamu bilang “sedih kalau liat kamu nangis gini, maafin aku ya sayang . itu jelek kan mukanya kalau kayak gitu” . setiap kali aku nangis karena rindu padamu pasti terbayang kata-katamu dulu. Aku nggak mau bikin kamu sedih di sana sayang. Tidurmu udah tenang, dan aku nggak mau sampai mengusik kenyamananmu hanya gara-gara air mata kerinduan ini.

Sayang…. Aku mau cerita tentang hati yang pernah kamu isi ini. dua tahun setelah kamu pergi, aku berusaha untuk menghibur diri sendiri jangan sampai aku nangis karena kerinduan itu lagi. Karena yang kamu butuhkan saat ini hanyalah Doa dan doa bukan tangisan. Saat itu ada laki – laki yang bisa menghiburku saat aku bingung, sedih dan tak tau harus berbuat apa. Namun, setiap ada laki – laki yang mendekat , aku selalu merasa ragu dan takut untuk membalasnya. Semua terbayang – bayang dengan hal yang belum tentu itu akan terjadi.
Sayang…. Kalau ditanya saat ini udah ada seseorang yang bisa mengisi hatiku lagi apa belum, jawabannya simple “belum”. Entah kenapa selalu bicara dalam hati kalau inilah itulah. Banyak alasan mulai dari diri sendiri sampai orang lain. Mencoba untuk mencintai seseorang ? udah pernah , tapi hasilnya ? nihil Pula .
yang ku alami saat ini merasa nyaman dengan seseorang yg bisa membuatku tersenyum, dapat menghiburku, memberi motivasi kecil untukku tetap semangat melakukan apapun. Tapi, mengapa hati ini tidak tenang ? ketika ku mulai mencari tau tentang dia. Entah itu cinta atau hanya mengagumi. Jujur saja akhir – akhir ini aku sulit untuk membedakan mana cinta dan mana mengagumi (maybe terlalu lama sendiri ^^).

Sayang…. Itu sedikit cerita tentang apa yang aku hadapi saat ini. walaupun esok aku sudah bersama oranglain, namun, kenangan indah bersamamu tak akan pernah ku lupakan. Doa selalu mengalir untukkmu. Tenang di sana ya sayang {}

Okeeee sampai disini dulu cerita singkatku kali ini… oh iyaa tentang perasaan itu ? maybe hanya perasaan sesaat karena pernah merasa nyaman saja saat bersamanya J aku nggak mau ngulangin kesalahan yang sama sampai harus kehilangan teman lagi. Allah tau apa yang terbaik untuk kita J apabila berjodoh pasti akan di beri jalannya. GANBATTE !! jangan gampang BaPer lagi ya Peh !! biar nggak galau-galau lagi. Susah deh nanti temen-temen lu liat muka mu yang di tekuk terusssss. Ayookkk berusaha jadi yang terbaik. Menyemangati diri sendiriiiiii -9

see yaaa !!!